Tak kenal waktu dan tempat.
Pagi, siang, dan tentunya malam.
Baik di kamar, di teras, maupun di WC.
Ketika aku tiduran digigit.
Ketika aku duduk juga digigit.
Lagi hotspotan juga digigit.
Lagi asyik beol pun digigit.
Tiada hari tanpa digigit nyamuk.
Gigit di tangan, kaki, telinga, bahkan di pantat.
Gigit sendirian ataupun beramai-ramai.
Sakit sekali ui.
Akupun melakukan perlawanan.
Sungguh aku dah tak tahan.
Tubuhku sudah penuh bentol-bentol merah.
Kutepak mereka satu persatu.
Eh kubunuh satu muncul dua.
Kubunuh dua muncul empat.
Sepertinya kurang efektif.
Harus kupakai cara lain.
Nyamuk Dimana-mana (Puisi atau cerpen ya?)
Kupakai obat antinyamuk.
Kupakai autan.
Tapi emang dasar nyamuk level tinggi.
Tak mempan semua tuh cara.
Aku pasrah, bagai budiono di antara tim pansus DPR.
Aku bertahan aja.
Jaket dan sarung kupakai.
Meminimalkan serangan mereka.
Sambil berkata di batin,
oi nyamuk pergi donk sono!
18:12
hha,ha,hah
sipp gan
http://untukpengetahuan.blogspot.com/
14:15
ckckck.....
Lutcu ka!
nyamuk bz jdi inspirasi bkn puisi..
01:01
okee
01:02
siaapp.. thnx